“Heart Attack” Balada Cinta Pertama Freelance Desainer Dengan Si Dokter

heartattack-1600x900-c-default-4a64a8d1c51311d3b80d84b28d510220_600x400

Film Heart Attack merupakan sebuah film produksi thailand dan disutradarai oleh Nawapol Thamrongrattanarit. Berkisah tentang seorang pekerja lepas yang sangat gila kerja lalu jatuh cinta untuk pertama kalinya selama hidup kepada seorang dokter. Pemeran utamanya bernama Yoon yang diperankan oleh  Sunny Suwanmethanon. Anyway Dia bikin salfok sepanjang film gara-gara mirip sama Wishnutama CEO NET Mediatama, iya nggak? Hahaha

Okay, back to the topic. Konflik film ini dimulai ketika Yoon mengidap penyakit kulit. Penyakit ini muncul ketika Yoon mengerjakan pekerjaannya selama 5 hari berturut-turut tanpa tidur, ditambah dengan pola makan yang sembarangan. Yoon mencoba mengabaikannya, tapi bintik merah di tubuhnya bertambah banyak. Nah, sakit kulit yang diidap Yoon inilah yang menjadi titik awal dan titik akhir alur cerita.

Mendapati bintik merah yang semakin banyak di tubuhnya, Yoon memutuskan untuk peri ke sebuah Rumah Sakit. Namun, Yoon merasa menyesal karena dia tak kunjung sembuh dan biayanya yang mahal. Berkat searching di internet, Yoon menemukan sebuah Rumah Sakit milik pemerintah yang terbilang murah. Nah, di sinilah Yoon bertemu dengan dokter kulit yang super cantik dan membuat jantung Yoon sedikit dag dig dug.

06resized 0616_cropver - Low

Dokter Imm yang diperankan Davika Hoorne memeriksa tubuh Yoon, termasuk organ vital Yoon. Adegan saat Yoon tersipu malu dan  membuatnya merasa seperti “being raped” oleh Dokternya sendiri sangat lucu! Pengobatan yang dijalani Yoon berlangsung selama beberapa bulan. Kontrol ke Dokter Imm dijadwalkan setiap satu bulan sekali. Dokter Imm menginstruksikan beberapa hal kepada Yoon, mulai dari tidak makan seafood, tidur jam 9 malam, dan olahraga teratur. diakhir-akhir film bahkan Dokter Imm meminta Yoon untuk menghabiskan waktu untuk ke pantai dan melihat sunset.

Nonton film ini tuh bikin aku makin yakin kalo jatuh cinta itu konyol. Datangnya cinta yang tidak disadari oleh Yoon membuatnya patuh dengan apa yang diinstruksikan Dokter Imm. Hal-hal yang sebelumnya dianggap hanya menyia-nyiakan waktu, dilakukan juga oleh Yoon. Di sela-sela pekerjaannya yang selalu mepet deadline, Yoon mengatur jadwalnya untuk tetap bisa berolahraga, tidur jam 9 malam, dan pergi ke pantai duduk berjam-jam menikmati sunset yang “wasting time” itu.

Hingga pada suatu hari, Yoon sembuh dari penyakitnya. Yoon sedih, karena itu berarti tak ada kesempatan untuknya bertemu dengan Dokter Imm. Merasa kehilangan, Yoon meminta saran pada Kai, penjaga mini market 7eleven satu-satunya teman laki-laki yang dia punya. Kai menyarankan untuk Yoon menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Yoon mencobanya dengan menerima pekerjaan kejar deadline dari Peng. Pekerjaan yang idealnya dikerjakan 2 bulan namun Yoon hanya diberi waktu 2 minggu untuk menyelesaikan. Je, sahabat Yoon yang mendengar kabar tersebut langsung menelpon Yoon untuk melarangnya melakukan hal tersebut. namun Yoon tidak mengabaikan nasehat itu.

Yoon kembali pada kebiasaannya dulu, lebih parah bahkan. Hampir 2 minggu Yoon tidak tidur untuk mengerjakan proyek yang diberikan oleh Peng. keadaan Yoon diperparah dengan asupan doping berupa es kopi yang dicampur kratingdeng serta beberapa tusuk dim sum seafood favoritnya. Bintik kembali bermunculan, namun Yoon mengabaikannya. Hingga pada suatu pagi, Yoon terjatuh dengan dada sesak dan tidak dapat bergerak. Dalam keadaan tersebut Yoon membayangkan akan seperti apa upacara pemakamannya nanti, dan siapa saja yang akan datang. Ditengah khayalannya tersebut, beruntunglah Peng datang mencarinya dan membawa Yoon ke Rumah Sakit. Peng yang oportunis langsung membawakan komputer ke hadapan Yoon saat Yoon sadar. Namun, Yoon menolaknya. Peng marah, Yoon tak peduli. Je menemani yoon dan menjanjikan pada Yoon akan mencarikannya pekerjaan seperti dulu saat Je belum menikah dan akhirnya pergi ke New York. Kenapa pas momen ini aku ngerasanya Yoon lebih cocoknya sama Je, ya? hahaha

c05_1

Oke, setelah dari Rumah Sakit, Yoon memutuskan untuk kembali ke klinik tempat Dokter Imm bekerja. Namun Yoon tidak bermaksud untuk memeriksakan keadaannya, melainkan mengucapkan maaf dan terimakasih kepada Dokter Imm. Sewaktu mereka salaman, Dokter Imm melihat kulit telapak tangan Yoon yang terdapat bintik merah. “Aku kira kamu benar-benar baik-baik saja”. Kata Dokter Imm. Yoon hanya membalas dengan senyum. Seperti adegan-adegan di awal, Dokter Imm kembali memberi resep serta surat kontrol untuk ketemu di bulan depan. Dan Tamat.

Aku kurang suka adegan ini dijadikan ending. Berasa kayak yang dilakuin Yoon sebelum-sebelumya tuh sia-sia. Tapi disisi lain, terlalu drama sih kalo Yoon datang untuk menyatakan cinta trus mereka pacaran. hahaha. Ya paling nggak jangan gantung lah endingnya. Trus kalo dari tempo filmnya nih, menurutku film ini temponya terlalu lambat. tapi cukup bisa membawa karakter Yoon yang sedang gelisah dan terombang-ambing. Aku ga tau juga ya, ngrasa kayak gini tuh bisa jadi karena ekspektasiku film ini bakal kayak film-film pop yang agak komedi gitu. But, ternyata ku salah. hehe

Over all, keren kok ide ceritanya. 6,5/10 lah buat film ini!

“Searching” Must Watched Movie!

searching

Pertama lihat trailernya langsung penasaran karena baru kali ini ada film full yang membuat penonton berasa kayak mantengin layar leptop sendiri. Anyway film ini menceritakan tentang seorang ayah yang kehilangan putrinya, dan semuanya bermula ketika sang ayah membuka laptop milik anaknya. Disutradarai oleh Aneesh Chaganty dan diperankan oleh John Cho sebagai David Kim.

Film ini bisa banget menggiring nalar penonton untuk masuk ke dalam nalar si David Kim saat mencari keberadaan Margot, anaknya. Sebelum pelaku sebenarnya tertangkap, ada beberapa orang yang dianggap David sebagai pelaku penculikan Margot Kim. Namun, kesalahan-kesalahan David dalam menuduh itu tidak membuat penonton sempat untuk berfikir “Ah, pasti bukan ini lagi deh”. Penonton percaya saja dan mengikuti jalan pikiran logika David Kim. Penonton benar-benar dibuat masuk dan terlibat ke dalam misi pencarian Margot Kim ini. Keren!

Sutradara juga memperhatikan sekali detail-detail terkait ritme gerak tanda panah mouse dan peletakkannya, sehingga penonton tetap diarahkan mana yang harus dilihat tanpa terdistraksi dengan banyaknya windows di layar.

Penguatan karakter sang Ayah dibangun pelan dari awal cerita hingga beberapa menit sebelum ending. Dengan sangat kreatif, Pergulatan batin David Kim sebagai seorang ayah yang membesarkan sendiri anaknya setelah kematian Pam ditunjukkan melalui kepanikannya ketika Margot sulit dihubungi. Bukan hanya itu, David Kim yang selama ini merasa baik-baik saja ketika memilih untuk tidak membicarakan kematian Pam kepada Margot ternyata membuat Margot sedih dan kesepian. Fakta tentang Margot yang ternyata tidak memiliki banyak teman pun membuat David Kim tidak mengenal anaknya sebaik yang dia kira. David Kim mulai menyesal dan menyalahkan dirinya akan hilangnya Margot.

Kecil kemungkinan pelaku sebenarnya dalam film ini bias ditebak. Duuh, pengen banget spoiler sih, tapi jangan deh, biar kalian nonton sendiri aja! Ha ha ha.. Intinya, setelah tahu siapa pelaku sebenarnya, logika bias langsung terima itu, karena beberapa adegan sebelumnya yang penonton kira “Adegan biasa”, ternyata merupakan sebuah petunjuk. Benar-benar nggak ada scene maupun adegan yang tak memiliki maksud serta keterkaitan dengan cerita utamanya. Salut!!

Untuk bagian endingnya nih yang menurutku super kreatif. Kenapa? Karena film ini bergenre Thriller. As long as I know film thriller biasa menampilkan adegan yang berdarah-darah, menakutkan dan adegan-adegan menyeramkan lainnya. Namun, film ini memilihi untuk menaikkan tension melalui alur cerita yang sangat sulit untuk ditebak. Begitupun dengan ending ceritanya, nggak ada bunuh-bunuhan maupun adegan-adegan berdarah-darah. Nggak ada juga tuh adegan Margot dan David berada dalam satu frame untuk klarifikasi kejadian yang mereka berdua alami. Sutradara memilih unutk mengakhiri film dengan sebuah adegan dimana Margot dan David saling berkirim pesan via chat bahwa hubungan mereka berdua tetap baik-baik saja, dan David mulai bisa terbuka untuk membicarakan Pam kepada Margot. Nice Ending!

9/10 untuk Searching.

“The Perfect Date” Tema Klise Yang Dieksekusi Dengan Baik.

Noah Centineo stars as Brooks Rattigan (a terrible name) in the Netflix romantic comedy The Perfect Date

The Perfect Date berkisah tentang seorang pemuda (super tampan) yang sangat berambisi untuk masuk ke universitas bergengsi, Yale. Namun, ketika dia semakin dekat dengan impiannya tersebut, malah kehampaan yang dia dapatkan. Ternyata bukan itu yang sebenarnya dia inginkan. Ya kira-kira seperti itulah garis besar kisah film ini. Lantas, mengapa aku bilang klise? Seperti kebanyakan film yang sudah aku tonton, film ini menceritakan tentang proses pencarian jati diri di mana pemeran utama tidak mensyukuri apa yang ada dalam dirinya dan sekitarnya. Lalu dia berambisi kuat untuk mendapatkan sesuatu yang diimpi-impikan oleh kebanyakan orang hingga kehilangan semua hal yang dia miliki selama ini. Apa itu? ya seperti biasa, keluarga dan teman baik. Setelah itu, dia sadar bahwa apa yang dia miliki selama ini adalah sebuah anugerah terbesar. Lalu dia mencoba untuk memperbaiki keadaan dengan kembali kepada keluarga dan teman dekatnya, dan Woala! Problem solved! Kamu hanya cukup menjadi dirimu sendiri dan lakukan yang terbaik. Have you ever watched this kind of theme, guys?

Tenang-tenang, aku punya impresi yang bagus kok dengan film ini. Seperti di judulnya, film ini mengeksekusi tema klise dengan baik terutama dari segi penceritaan dan kekuatan dialognya. Karakterisasi tokohnya juga ding. hehe

Okay mulai dari penceritaan, yang aku suka adalah semua elemen memiliki keterkaitan. Adegan Brooks dan Celia mengomentari lukisan-lukisan di jalan ternyata berkaitan dengan Celia yang tidak cocok berkencan dengan Franklin. adegan ketika Murph menciptakan aplikasi Stand-In lengkap dengan fitur Trackz yang membuatnya ditrima di universitas yang sama dengan Brooks. Brooks menemani nenek tua yang memberinya nasehat sehingga membuatnya menghubungi Celia kembali, dan banyak lagi hal-hal yang berkaitan satu sama lain. Salut juga untuk kekuatan dialognya. Di bawah ini adalah beberapa kutipan dialog yang menyentuh sisi personalku sebagai penonton.

Brooks: “Kau bisa bayangkan jika aku berhasil mendapatkan Shelby dan berhasil masuk Yale, itu seperti semua mimpiku menjadi kenyataan”

Celia: “Astaga, aku merasa kasian padamu. Kau hanya mengandalkan faktor luar untuk membahagiakanmu. Menunggu orang lain menerimamu daripada kamu menerima dirimu sendiri.

Boom! It hit me so hard. hahaha.. You know, it’s kinda hard to be honest to ourself right? And this dialog help me to define what i have felt. Kok jadi curhat ya? Ada satu dialog bagus lagi yang akan ku kutip di bawah ini.

Nenek tua: “Apa kau ingin tahu bagaimana seseorang itu cocok denganmu atau tidak?”

Brooks: “Ya..”

Nenek tua: ” Sederhana, duduk saja dan ngobrol. Saat berbicara dengan orang tertentu, rasanya seperti mendengar musik klasik di radio tanpa antena. Kau mencoba mencari sinyalnya, tapi tidak ketemu. Tapi, saat kau ditakdirkan dengan seseorang, dan mereka benar untukmu, kau duduk saja, dan mulai bicara, dan Sonatha Beethoven akan mulai terdengar.”

So sweet kan guys? hayoo, kalian pasti lagi memikirkan doi, sambil menerka-nerka yang muncul beethoven apa radio yang kresek-kresek? hahaha.

Overall, if you need a movie for entertaining purpose, you might like it. Apalagi Noah Centino gantengnya kebablasan gitu. Hahaha..

That’s all guys, see you on my next movie talk!